Senin, 03 Agustus 2015

Ya Allah, Salahkah Jika Aku Iri

Sepenggal cerita tentang kisah seseorang, sebut sja "Aku"


Harta merupakan hal yang menarik buatku karena secara manusiawi kita membutuhkan itu untuk hidup, tetapi aku tidak pernah merasa iri dengan mereka yang bergelimpangan harta karena jika harta adalah rahasia kebahagiaan, tentu orang kayalah yang menari nari di jalanan tapi anak anak miskinlah yang melakukannya.

Wajah cantik merupakan hal yang kadang menarik perhatianku, ini manusiawi karena semua orang ingin tampil atau terlihat cantik nan menawan di hadapan semua orang dan menjadi dasar kepopuleran bagi sebagian orang tetapi itu bukanlah hal yang dapat menjadikanku iri pada orang orang yang memiliki paras cantik karena kecantikan bukanlah kunci utama dalam menjalin hubungan ideal antar manusia. Jika kecantikan dan kepopuleran memang membawa kita pada hubungan yang ideal tentu para selebritilah yang memiliki perkawinan terbaik.

Jabatan dan kekuasaan juga merupakan hal yang kadang menarik untuk ku miliki, hal itu juga manusiawi karena terkadang hal itu dibutuhkan untuk menarik perhatian orang lain atau untuk menunjukkan eksistensi kita. Tetapi lagi lagi hal itu tidak membuatku tuk harus iri pada mereka yang memiliki jabatan, kekuasaan atau kekuatan karena kekuasaan itu tidak akan menjamin keamanan. Jika jabatan, kekuasaan dan kekuatan itu menjamin keamanan maka para pejabat penting akan berjalan tanpa pengamanan tetapi hanya orang orang sederhanalah yang tidur nyenyak.


Tau kah apakah hal yang membuatku iri, bahkan bukan sekedar iri tetapi teramat sangat iri.

Aku paling iri melihat seseorang yang sangat dekat sama ayahnya. Hmmm.... benar, aku benar benar iri. Maaf yah pembahasannya agak jauh berbeda dengan prolognya yang udah panjang kali lebar kali tinggi, tapi serius harta, penampilan atau jabatan seseorang tidak pernah membuatku iri. Satu satunya hal yang membuatku iri pada seseorang adalah jika melihat seseorang sangat akrab, bercanda ria, di manja manja atau disayang sayang oleh ayahnya. You Know lah, itulah hal yang tak pernah aku rasakan seumur hidupku, kasih sayang seorang ayah.

Dulu semasa sekolah, aku sangat iri jika melihat teman sekelasku diantar jemput oleh ayahnya terus salaman plus cium tangan. Semasa kuliah juga aku sangat iri melihat dosenku ketika shopping bareng anak gadisnya, terlihat bahagia sekali. And sampai setelah menikahpun, aku sangat sangat iri melihat keakraban suamiku dan adik adiknya dengan ayahnya sungguh keharmonisan yang sangat sangat membahagiakan. Rasa iriku bukanlah ke hal negatif seperti rasa tidak senang melihat orang lain bahagia sungguh iriku tak seperti itu. Aku senang melihatnya, sangat sangat senang melihat hal hal demikian. Iri ini
hanya mengatakan andai aku memiliki ayah seperti mereka.

Ayah...

Aku bukan nabi Isa As, yang lahir tanpa ayah. Yah... seperti kalian, saya pun mempunyai Ayah. Ayah yang menurut sebagian besar orang adalah sosok penyayang, penuh kasih sayang dan malaikat pelindung yang nyata buatmu. Tapi tidak bagiku, ayah itu sosok manusia pengecut, tak bertanggung jawab, monster, iblis yang nyata dan tak berhati. 

Menurut kalian, mungkin kalian beranggapan aku terlalu kasar dalam mendeskripsikan sosok bernama ayah. Aku juga ingin mengatakan hal baik tentang ayah tetapi selama 25 tahun hidupku tak pernah kurasakan arti kasih sayang dari seorang ayah, yang ada hanya kepedihan, rasa sakit, dan ketidakadilan yang meninggalkan trauma yang luar biasa dibenakku.

Ketika seorang gadis kecil menyambut kedatangan ayahnya dengan suka cita, aku malah sebaliknya rasa takut luar biasa begitu mencekam ketika ayah datang. Berapa lusin piring lagi akan pecah, benda apa lagi yang akan melayang diudara, dan benda apa lagi yang akan hancur. Itulah yang selalu ada dibenakku semasa itu. Rasa ketakutan itu tertanam mendalam hingga berubah menjadi kebencian yang mendarah daging.

Ketika anak perempuan sedang manja manjanya dengan ayahnya, aku malah melihat sosok ayah yang mengancam pisau dileher ibuku. Aku yang masih berumur 7 tahunan waktu itu tidak tidur semalaman karena was was takut kalau ketika tidur ayah akan membunuhku dan ibuku.

Itu hanya segelintir kisah tentang ayah, masih ada ribuan cerita tentang ketidak adilaannya pada kami. 
Tapi itu cukup jadi cerita pahit buatku...

Sungguh aku tidak menyesali hidupku Ya Allah, karena Engkau selalu memberi keadilan di saat ketidakadilan itu menerpaku sehingga aku masih bisa berdiri tegar hingga saat ini. Engkau menganugerahi orang orang yang luar biasa di hidupku, orang orang hebat dan orang orang yang teramat aku sayangi. Dia adalah suami, mama dan kedua mertuaku. Love U so much...

Pada merekalah aku merasakan arti keluarga yang sesungguhnya, semoga limpahan kasih sayang, kebahagiaan, rezeki yang berlimpah serta kesehatan selalu tercurahkan pada kami. 


Amin Yaa Rabbal Alamin